Wawasan ahli tentang wisata medis, perawatan kesehatan, dan kesejahteraan dari profesional kesehatan yang terverifikasi.

Setiap pagi, kita melangkah keluar dari rumah dengan penuh semangat dan tekad untuk menghadapi hari di depan. Namun, optimisme itu dapat cepat memudar ketika kita dihadapkan dengan pemandangan yang mengganggu: langit yang berkabut dan berasap. Sekilas pandang, mungkin terlihat seperti jalan menuju surga yang tenang—namun ketika tubuh kita bereaksi dengan batuk, bersin, mata berair, dan sesak napas, kenyataan pun terasa. Yang ada di depan kita bukanlah ketenangan, melainkan bahaya kesehatan masyarakat yang tak terhindarkan: polusi udara PM2.5.

Ketika saya masih kecil, saya mendengar sebuah cerita yang terus teringat dalam ingatan saya hingga sekarang. Sebuah kebakaran terjadi di sebuah desa yang tenang, dan di tengah kepanikan itu, seorang pria bergegas kembali ke rumahnya yang terbakar—bukan untuk mencari keluarganya atau menyelamatkan sesuatu yang tak tergantikan, tetapi untuk membawa keluar sebuah kendi air besar. Dia berhasil melarikan diri, kendi itu ikut terbawa, tetapi saat dia berdiri di atas puing-puing nanti, dia tertegun kebingungan. Bagaimana dia bisa membawa sesuatu yang begitu berat sendirian? Dan yang lebih mengganggu—mengapa dia secara naluriah mengambil kendi itu alih-alih memikirkan keselamatan keluarganya?