
Setiap tahun, dari bulan Desember hingga Maret, fenomena yang mengkhawatirkan mengganggu langit: polusi udara. Karena lingkungan udara yang tertutup selama bulan-bulan ini, terjadi peningkatan yang signifikan pada pasien yang menderita penyakit pernapasan dan penyakit lainnya. Penting bagi orang untuk memahami efek merugikan polusi udara terhadap kesehatan dan belajar bagaimana mencegah konsekuensinya. Pengetahuan ini dapat membantu meredakan kepanikan dan membekali individu untuk menangani situasi terkait debu dengan efektif.
Setiap tahun dari Desember hingga Maret, fenomena yang mengkhawatirkan memenuhi langit: polusi udara. Akibat lingkungan udara yang tertutup selama bulan-bulan ini, terjadi peningkatan signifikan jumlah pasien yang menderita penyakit pernapasan dan penyakit lainnya. Sangat penting bagi orang untuk memahami efek merugikan dari polusi udara terhadap kesehatan dan mempelajari cara mencegah akibatnya. Pengetahuan ini dapat membantu meredakan kepanikan dan membekali individu untuk menangani situasi terkait debu dengan lebih efektif.
PM2.5 mengacu pada partikel udara dengan diameter lebih kecil dari 2,5 mikron, yang cukup kecil untuk melewati penyaringan rambut hidung. Partikel ini dapat memasuki saluran pernapasan, menembus jauh ke dalam alveoli, dan bahkan masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem tubuh. Pada tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia mengungkapkan bahwa paparan debu PM2.5 menyebabkan sekitar 3,7 juta kematian dini setiap tahun, dengan bagian yang signifikan terjadi di Samudra Pasifik Barat dan Asia Tenggara.

Efek Paparan Jangka Pendek:
1. Peradangan saluran pernapasan, yang menyebabkan gejala seperti kesulitan bernapas, hidung terasa terbakar, batuk berdahak, sesak dada, kantong udara kempis, dan fungsi paru-paru menurun.
2. Melemahnya daya tahan tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi paru-paru dan saluran pernapasan seperti influenza, bronkitis, dan infeksi telinga.
3. Keterlambatan dalam perkembangan anak.
4. Efek buruk pada sistem reproduksi, yang berpotensi menyebabkan infertilitas.

Efek Paparan Jangka Panjang:
1. Peningkatan risiko kanker paru-paru.
2. Peradangan pembuluh darah yang dapat menyebabkan kondisi seperti penyakit jantung iskemik, kelumpuhan otak, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
3. Perkembangan penyakit bronkial obstruktif kronis.
4. Peradangan kulit atau mata.
5. Penuaan kulit dini, yang ditandai dengan bercak gelap dan kerutan, membuat individu tampak lebih tua dari usia sebenarnya.
Kerentanan individu terhadap paparan PM2.5 bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor, termasuk:
1. Sumber Debu: Asal polusi, seperti pembakaran mesin, aktivitas pertanian, atau pembakaran rumah tangga.
2. Transportasi dan Transformasi Polusi: Kondisi cuaca, termasuk musim dingin, cuaca kering, tekanan udara tinggi, dan udara yang stagnan, dapat menyebabkan akumulasi polutan.
3. Kondisi Individu: Kelompok rentan termasuk anak-anak, wanita hamil, bayi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, individu dengan trakeostomi, asma, alergi, dan orang lanjut usia. Faktor seperti pekerjaan, perjalanan, sekolah, tempat kerja, dan lokasi tempat tinggal dapat mempengaruhi tingkat paparan dan keparahan gejala.
Di antara kelompok-kelompok ini, anak-anak sangat rentan karena ukuran tubuh mereka yang kecil, laju pernapasan yang lebih cepat, dan perilaku bermain di luar ruangan, yang meningkatkan kemungkinan masuknya debu dalam jumlah yang signifikan dibandingkan dengan berat badan mereka. Anak-anak penderita asma sangat sensitif terhadap PM2.5 dan alergen, yang dapat memperburuk kondisi mereka, berpotensi mengarah pada kunjungan ke ruang gawat darurat atau opname di ICU.

Wanita hamil yang terpapar PM2.5 berisiko terjadi pembatasan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur, terutama jika terpapar selama trimester ketiga. Orang lanjut usia juga menghadapi peningkatan risiko efek buruk, dengan PM2.5 menjadi penyebab kematian yang signifikan dalam kelompok ini.
Walaupun faktor yang berkaitan dengan distribusi alami polutan dan kondisi penerima di luar kendali, upaya untuk mengelola sumber polusi sangat penting. Tindakan kolaboratif dan langkah-langkah pengendalian polusi sangat dibutuhkan untuk mencegah masalah kesehatan jangka panjang.
Partikel debu PM2.5, yang berukuran kurang dari 2,5 mikron dalam diameter, sekali lagi kembali selama bulan-bulan musim dingin. Tingkat yang meningkat ini menimbulkan risiko kesehatan bagi semua orang, dengan anak-anak sangat terpengaruh.
Dr. Weerawut Imsamran, Wakil Direktur Jenderal Departemen Layanan Medis, menjelaskan bahwa efek buruk dari PM2.5 meliputi gejala seperti hidung terbakar, hidung berair, kesulitan bernapas, batuk, dahak, sakit tenggorokan, dan ruam kulit. Paparan berkepanjangan dapat menyebabkan kelainan intelektual dan perkembangan, meningkatkan kerentanan terhadap pneumonia, memperburuk asma dan alergi, serta meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Dr. Akarathan Jitnuyanont, Direktur Institut Kesehatan Anak Nasional Queen Sirikit (Rumah Sakit Anak), menyarankan orang tua untuk membatasi kegiatan anak-anak mereka di luar ruangan di daerah dengan tingkat debu yang berlebihan. Saat di dalam ruangan, penting untuk menjaga pintu dan jendela tetap tertutup rapat dan menggunakan pembersih udara dengan filter HEPA untuk mengurangi tingkat PM2.5. Untuk kegiatan di luar ruangan, bayi dan anak kecil sebaiknya mengenakan masker N95. Pencucian hidung yang sering juga dapat membantu kelancaran pernapasan, dan pembersihan rumah serta furnitur secara teratur dengan kain basah dapat mengurangi akumulasi debu dalam ruangan. Jika anak menunjukkan gejala seperti batuk, sesak dada, kesulitan bernapas, atau ruam yang tidak biasa, perhatian medis segera sangat dianjurkan.
Memahami risiko dan mengambil langkah pencegahan bisa secara signifikan mengurangi dampak kesehatan dari PM2.5, terutama pada anak-anak yang merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap efek buruknya.
Artikel dalam kategori ini ditulis oleh tim editorial kami untuk membuat Anda tetap mendapat informasi tentang berita wisata medis dan layanan kesehatan terbaru.